Foto diambil dari GANAS.
Awal mulanya, seorang PMI yang mempunyai job di kontrak kerjanya tertera sebagai perawat lansia. Namun ia juga dipekerjakan sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dengan tugas membersihkan rumah setiap hari serta menjaga toko, ungkap Fajar dalam wawancaranya bersama CNA.
Seperti yang diberitakan CNA, jam kerja PMI tersebut juga tergolong panjang, dari pukul 6.30 pagi hingga pukul 11 malam, dan hanya diberi istirahat pada malam hari serta makan malam gratis saja. Tak hanya itu, Fajar menambahkan, gajinya selalu mundur dan diulur setiap bulan, sementara asuransi kesehatannya tidak diaktifkan.
Fajar, ketua Gabungan Tenaga Kerja Bersolidaritas (GANAS) mengatakan bahwa seorang pekerja migran Indonesia (PMI) berhasil dimediasi setelah mengadu pada pihaknya kalau ia diharuskan melakukan job (pekerjaan) di luar kontrak kerjanya, hingga majikannya juga mau membayar kompensasi NT$300 ribu (Rp164 juta). Fatalnya, kata Fajar, majikan menggunakan data orang lain untuk pelaporan atau perekrutan, bukannya data PMI tersebut. Akhirnya, wanita yang kini ditampung di sebuah tempat penampungan di Hsinchu tersebut berkonsultasi ke GANAS.
"Awalnya, ia hanya ingin pindah majikan saja. Saya gregetan dong, masa kasus yang besar ini cuma ingin berakhir pindah majikan saja. Setelah saya edukasi dan beri nasihat bahwa kasusnya bisa menjadi tuntutan, akhirnya ia mau bekerja sama membeberkan semuanya dan menuntut majikannya," kata Fajar.
Setelah melalui berbagai proses mediasi yang panjang, akhirnya majikan mau untuk memberikan kompensasi setara gaji 15 bulan, sekitar NT$300 ribu.
"Dari kasus ini kami sebagai organisasi ingin mengedukasi para PMI, mengenai pentingnya pengetahuan terkait hak dan kewajiban agar tidak ada pelanggaran yang dilakukan baik oleh pekerja maupun pengguna. Jika ada yang mengalami hal sama, silahkan menghubungi admin untuk konsultasi di nomor 0931068550," sambung Fajar.
