Foto: Taiwan News
Indosuara — Keputusan Kota Taipei untuk memperpanjang larangan parkir dengan mengubah tanda dari “kuning” menjadi “merah” telah menuai kritik dari warga dan politisi.
Dikutip dari Taiwan News, Kandidat wakil presiden KMT Jaw Shaw-kong (趙少康) mengatakan bahwa mantan Walikota Taipei Ko Wen-je (柯文哲) menambahkan garis merah sepanjang 300 kilometer ke jalan-jalan kota, sehingga warga hanya memiliki sedikit ruang untuk masuk dan keluar kendaraan, menurut UDN. Jalur merah telah berdampak pada beberapa taksi yang tidak dapat menjemput dan menurunkan penumpang serta pesanan makanan tidak dapat diantar ke tempat tinggal.
Kemarahan masyarakat membuat Kantor Teknik Lalu Lintas Kota Taipei meninjau garis merah. Berdasarkan data mereka, hingga akhir tahun 2023, sudah ada 81 ruas jalan yang berubah warna menjadi kuning.
Pertimbangan lebih lanjut sedang dilakukan untuk penandaan di sekitar kampus, rumah sakit, dan institusi perawatan untuk mempertimbangkan kebutuhan transportasi anggota keluarga.
Tujuan adanya garis merah di perkotaan adalah untuk mengatur lalu lintas dan mengurangi parkir liar. Garis merah dibuat karena suatu alasan, dan meskipun perlu parkir sementara, garis tersebut tidak dapat diubah kembali,” kata Profesor Chen Ching-fu (陳勁甫) dari Departemen Ilmu Manajemen Lalu Lintas Universitas Nasional Cheng Kung.
Namun, Chen mengatakan pemerintah kota harus mempertimbangkan kompromi, seperti mengizinkan satu atau dua tempat parkir (garis kuning) di tengah garis merah yang panjang.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Taksi Taipei Ou Bao-his (歐保欣) mendukung keputusan pemerintah kota untuk mengubah beberapa tanda dari merah menjadi kuning, namun mengatakan bahwa penyesuaian 81 tanda tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pengemudi taksi.