Foto diambil dari : Superball.id
Sepak bola Indonesia berduka, laga lanjutan Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya di Malang menelan ratusan korban jiwa akibat kericuhan yang terjadi pasca pertandingan.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta membeberkan kronologi tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, tersebut.
Nico menjelaskan bahwa kericuhan diduga awalnya karena rasa kekecewaan sejumlah suporter Arema yaitu Aremania terhadap hasil di laga tersebut.
Laga Derbi Jatim yang berlangsung pada Sabtu (1 Oktober 2022) malam, berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tamu Persebaya Surabaya.
Nico mengatakan selama pertandingan tidak kericuhan apapun dan pertandingan berlangsung normal, namun pendukung tim Arema FC merasa kecewa atas kekalahan tim tersebut ditambah lagi dalam pertandingan beberapa tahun terakhir tim Arema FC tidak pernah kalah dikandang sendiri melawan Persebaya.
Lebih lanjut, Nico menerangkan bahwa motif Aremania turun ke lapangan bermaksud mencari pemain dan ofisial tim Arema FC untuk menanyakan alasan kekalahan mereka.
Melihat para suporter yang berbondong-bondong masuk ke lapangan, petugas keamanan pun kemudian melakukan upaya pencegahan, salah satunya dengan menembakkan gas air mata.
Kemudian para suporter keluar melalui satu titik secara berdesak-desakan, sehingga tragedi itu pun terjadi.
Di saat kericuhan itu terjadi para penonton berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen. Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit.
Akibat tragedi tersebut, sebanyak 127 orang dikabarkan meninggal, dua di antaranya anggota Polri. Selain itu, 180 orang masih dalam proses perawatan dilakukan upaya penyembuhan.
Banyaknya korban jiwa itu diduga karena korban terjatuh saat berdesak-desakan lantaran kehabisan oksigen.
Sementara itu, kericuhan yang terjadi di luar stadion juga menyasar pada sejumlah kendaraan, khususnya kendaraan dinas Polri.
Kendaraan yang rusak diserang berjumlah 13 mobil rusak, 10 di antaranya mobil dinas Polri, sisanya mobil pribadi.
Nico juga menyakini tindakan yang dilakukan petugas termasuk penembakan gas air mata dilakukan karena adanya respons terhadap kelakuan suporter.